Novel negri para bedebah by tereliye


 


Judul Buku : Negeri Para Bedebah Penulis : Tere Liye Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tebal : 440 halaman Tahun Penerbitan : 2012

Satu lagi, dari sederet karya Tere Liye yang saya baca, semakin mengukuhkan saya untuk menggilai dan menggemarinya, Negeri Para Bedebah terasa segar dan berbeda dari genre novel-novel sebelumnya. The unpredicteble path, seperti menonton film action, beberapa adegan baku tembak dan kontak fisik, mengelabui dan menghindari kejaran aparat, mencoba menguak dendam dari masa lalu, dan sederet setting novel yang mampu memicu adrenalin pembacanya.

Dikisahkan seorang konsultan keuangan profesional bernama Thomas, dengan kesibukannya yang luar biasa, dalam setting sebuah akhir pekan, secara mendadak harus berupaya 'menyelamatkan' Bank Semesta milik Om Liem, pamannya yang kalah kliring sekian miliar. Meskipun sangat membenci Om Liem, Thomas tergerak turun tangan untuk mengusahakan kebijakan pemerintah untuk tidak menutup Bank Semesta.


Adalah seorang jaksa dan seorang pejabat kepolisian yang disebut-sebut sebagai dalang kematian orang tua Thomas di usia 6 tahun, sengaja berkhianat menghancurkan bisnis keluarga Thomas kala itu, hingga sepak terjangnya di masa kini, kembali menjadi pihak yang siap mengeruk keuntungan apabila Bank Semesta ditutup. Inilah perjuangan spektakuler Thomas, bagaimana waktu berjalan, dimulai dari pertemuannya dengan seorang wartawan media ekonomi terkemuka, Julia, yang mewawancarainya secara eksklusif di atas pesawat, dalam penerbangan perjalanan Thomas dari London menuju Singapore setelah mengisi sebuah konferensi ekonomi. Sekembalinya ke tanah air, hari itu juga, Thomas harus bertanding di klub petarung, sebuah komunitas eksklusif arena pertandingan tinju. Dini hari selanjutnya mendadak sudah harus membawa kabur Om Liem dari kepungan pasukan kepolisian, sekaligus menjadikannya buronan aparat nomer satu. Jumat hingga Senin pagi sudah membuatnya menempuh perjalanan London-Singapore-Jakarta-Jatiluhur-Jakarta-Jatiluhur-Jakarta-Denpasar-Jakarta-Jogja-Jakarta dalam 3 hari, Jumat-Sabtu-Minggu, sudah macem pendekar-pendekar silat yang bisa berpindah tempat dalam satu kedipan mata. Perjalanan yang dilalui dengan segala macam moda transportasi darat, laut, danau, udara seperti pesawat, mobil ambulance, mobil laundry, speed boat, sepeda motor, hingga kapal pesiar. Berbagai kejadian baku tembak, adu fisik, masuk sel tahanan, adegan-adegan yang seolah memojokkan Thomas sebagai pesakitan negara nomer wahid paling diburu.

Keterlibatan Julia yang tidak sengaja, awalnya bertolak belakang justru secara perlahan menjadi partner yang membantu petualangan Thomas, sudah seperti setting film-film hollywood, menyertakan mbak-mbak cantik sebagai jagoan di balik tokoh utama. Tere Liye begitu piawai menyampaikan cerita menyertakan vocab-vocab ekonomi yang mudah dicerna orang awam. Tentang turbulensi ekonomi tentang istilah om teroris, sebutan Thomas untuk subprime mortage a.k.a krisis ekonomi dunia. Begitu 'hidup'nya tokoh Thomas pada satu scene menjentikkan lembaran folio kosong di atas podium hingga jatuh untuk menimbulkan efek 'dramatis' ketika menerangkan ketidakberhargaan selembar saham. Keterlibatan antar peran yang disusun sedemikian tepat untuk bertautan dalam kesatuan cerita.

Deg-degan dan penuh rasa penasaran, tak sabar menamatkan membacanya hingga lembar terakhir. Dan saya menanti kelanjutan buku ini, seri 'jadian' Thomas happy ending ever after dengan Julia setelah mengarungi petualangan yang (masih) menghadang di depan sana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar